Sabtu, 21 Februari 2009

Sejarah Berdirinya Kabupaten Banyumas

dari www.banyumaskiab.go.id

[Klik di sini untuk Versi lengkap hasil Pansus Hari Jadi]

Kabupaten Banyumas berdiri pada tahun 1582, tepatnya pada hari Jum'at Kliwon tanggal 6 April 1582 Masehi, atau bertepatan tanggal 12 Robiul Awwal 990 Hijriyah. Kemudian ditetapkan dengan Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Daerah Tingkat II Banyumas Nomor 2 tahun 1990.

Keberadaan sejarah Kabupaten Banyumas tidak terlepas dari pendirinya yaitu Raden Joko Kahiman yang kemudian menjadi Bupati yang pertama dikenal dengan julukan atau gelar ADIPATI MARAPAT (ADIPATI MRAPAT).

Riwayat singkatnya diawali dari jaman Pemerintahan Kesultanan PAJANG, di bawah Raja Sultan Hadiwijaya.
Kisah pada saat itu telah terjadi suatu peristiwa yang menimpa diri (kematian) Adipati Wirasaba ke VI (Warga Utama ke I) dikarenakan kesalahan paham dari Kanjeng Sultan pada waktu itu, sehingga terjadi musibah pembunuhan di Desa Bener, Kecamatan Lowano, Kabupaten Purworejo (sekarang) sewaktu Adipati Wirasaba dalam perjalanan pulang dari pisowanan ke Paiang. Dari peristiwa tersebut untuk menebus kesalahannya maka Sultan Pajang, memanggil putra Adipati Wirasaba namun tiada yang berani menghadap.

Kemudian salah satu diantaranya putra menantu yang memberanikan diri menghadap dengan catatan apabila nanti mendapatkan murka akan dihadapi sendiri, dan apabila mendapatkan anugerah/kemurahan putra-putra yang lain tidak boleh iri hati. Dan ternyata diberi anugerah diwisuda menjadi Adipati Wirasaba ke VII.
Semenjak itulah putra menantu yaitu R. Joko Kahiman menjadi Adipati dengan gelar ADIPATI WARGA UTAMA II.

Kemudian sekembalinya dari Kasultanan Pajang atas kebesaran hatinya dengan seijin Kanjeng Sultan, bumi Kadipaten Wirasaba dibagi menjadi empat bagian diberikan kepada iparnya.
1. Wilayah Banjar Pertambakan diberikan kepada Kyai Ngabei Wirayuda.
2. Wilayah Merden diberikan kepada Kyai Ngabei Wirakusuma.
3. Wilayah Wirasaba diberikan kepada Kyai Ngabei Wargawijaya.
4. Wilayah Kejawar dikuasai sendiri dan kemudian dibangun dengan membuka hutan Mangli dibangun pusat pemerintahan dan diberi nama Kabupaten Banyumas.

Karena kebijaksanaannya membagi wilayah Kadipaten menjadi empat untuk para iparnya maka dijuluki Adipati Marapat.

Siapakah Raden Joko Kahiman itu ?
R. Joko Kahiman adalah putra R. Banyaksasro dengan ibu dari Pasir Luhur. R. Banyaksosro adalah putra R. Baribin seorang pangeran Majapahit yang karena suatu kesalahan maka menghindar ke Pajajaran yang akhirnya dijodohkan dengan Dyah Ayu Ratu Pamekas putri Raja Pajajaran. Sedangkan Nyi Banyaksosro ibu R. Joko Kahiman adalah putri Adipati Banyak Galeh (Mangkubumi II) dari Pasir Luhur semenjak kecil R. Joko Kahiman diasuh oleh Kyai Sambarta dengan Nyai Ngaisah yaitu putrid R. Baribin yang bungsu.

Dari sejarah terungkap bahwa R. Joko Kahiman adalah merupakan SATRIA yang sangat luhur untuk bisa diteladani oleh segenap warga Kabupaten Banyumas khususnya karena mencerminkan :
a. Sifat altruistis yaitu tidak mementingkan dirinya sendiri.
b. Merupakan pejuang pembangunan yang tangguh, tanggap dan tanggon.
c. Pembangkit jiwa persatuan kesatuan (Majapahit, Galuh Pakuan, Pajajaran) menjadi satu darah dan memberikan kesejahteraan ke kepada semua saudaranya.

Dengan demikian tidak salah apabila MOTO DAN ETOS KERJA UNTUK Kabupaten Banyumas SATRIA.

Candra atau surya sengkala untuk hari jadi Kabupaten Banyumas adalah "BEKTINING MANGGALA TUMATANING PRAJA" artinya tahun 1582.
Bila diartikan dengan kalimat adalah "KEBAKTIAN DALAM UJUD KERJA SESEORANG PIMPINAN / MANGGALA MENGHASILKAN AKAN TERTATANYA ATAU TERBANGUNNYA SUATU PEMERINTAHAN".


PARA ADIPATI DAN BUPATI SEMENJAK BERDIRINYA
KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 1582

1. R. Joko Kahiman, Adipati Warga Utama II (1582-1583)
2. R. Ngabei Mertasura (1583-1600)
3. R. Ngabei Mertasura II (Ngabei Kalidethuk) (1601 -1620)
4. R. Ngabei Mertayuda I (Ngabei Bawang) (1620 - 1650)
5. R. Tumenggung Mertayuda II (R.T. Seda Masjid, R.T. Yudanegara I) Tahun 1650 - 1705
6. R. Tumenggung Suradipura (1705 -1707)
7. R. Tumenggung Yudanegara II (R.T. Seda Pendapa) Tahun 1707 -1743.
8. R. Tumenggung Reksapraja (1742 -1749)
9. R. Tumenggung Yudanegara III (1755) kemudian diangkat menjadi Patih Sultan Yogyakarta bergelar Danureja I.
10. R. Tumenggung Yudanegara IV (1745 - 1780)
11. R.T. Tejakusuma, Tumenggung Kemong (1780 -1788)
12. R. Tumenggung Yudanegara V (1788 - 1816)
13. Kasepuhan : R. Adipati Cokronegara (1816 -1830)
Kanoman : R. Adipati Brotodiningrat (R.T. Martadireja)
14. R.T. Martadireja II (1830 -1832) kemudian pindah ke Purwokerto (Ajibarang).
15. R. Adipati Cokronegara I (1832- 1864)
16. R. Adipati Cokronegara II (1864 -1879)
17. Kanjeng Pangeran Arya Martadireja II (1879 -1913)
18. KPAA Gandasubrata (1913 - 1933)
19. RAA. Sujiman Gandasubrata (1933 - 1950)
20. R. Moh. Kabul Purwodireja (1950 - 1953)
21. R. Budiman (1953 -1957)
22. M. Mirun Prawiradireja (30 - 01 - 1957 / 15 - 12 - 1957)
23. R. Bayi Nuntoro (15 - 12 - 1957 / 1960)
24. R. Subagio (1960 -1966)
25. Letkol Inf. Sukarno Agung (1966 -1971)
26. Kol. Inf. Poedjadi Jaringbandayuda (1971 -1978)
27. Kol. Inf. R.G. Rujito (1978 -1988)
28. Kol. Inf. H. Djoko Sudantoko (1988 - 1998)
29. Kol. Art. HM Aris Setiono, SH, S.IP (1998 - 2008)
30. Drs. H. Mardjoko, M.M. (2008 - sekarang)

Jadwal Pemilu 2009

Jadwal Pemilu

1 TAHAP PENDAFTARAN PEMILIH

− Penyerahan Data Kependudukan 5 April 2008
− Pemuktahiran Data Pemilih 6 April – 6 Juli 2008
− Penyusunan dan Pengesahan DPS 7 Juli 7 Agustus 2008
− Pengumuman DPS 8 -14 Agustus 2008
− Penyusunan dan Penetapan DPT 11 – 30 September 2008

2 TAHAP PENCALONAN

- PARTAI POLITIK
− Pengumuman Pendaftaran Peserta Pemilu 5 – 6 April 2008
− Pendaftran Parpol Peserta Pemilu 7 April – 12 Mei 2008
− Penelitian Administrasi dan Pengumuman 10 April – 30 Mei 2008
− Verifikasi Faktual 3 Juni – 2 Juli 2008
− Penetapan Parpol Peserta Pemilu 2009 29 Juni – 3 Juli 2008
− Pengumuman Parpol Peserta Pemilu 2009 5 Juli 2008
- DPR/DPRD
− Pengambilan Formulir Calon Anggota DPR, DPRD 5 – 9 Agustus 2008
− Pengajuan Bakal Calon oleh Parpol 10 – 15 Agustus 2008
− Verifikasi kelengkapan Administratif 11 Agustus -3 Sept 2008
− Penyampaian hasil verifikasi kepada Parpol 12 Agustus – 5 Sept 2008
− Penyusunan dan Penetapan Daftar Calon Tetap 9 -26 Oktober 2008
− Pengumuman DCT anggota DPR/DPRD 27 Oktober 2008
- DPD
− Pendaftaran Calon Anggota DPD 27 Juni - 10 Juli 2008
− Penelitian Administratif 2 – 15 Juli 2008
− Verifikasi Faktual 18 Juli – 18 Agustus 2008
− Penyusunan dan Penetapan Daftar Calon Tetap 9 -26 Oktober 2008
− Pengumuman DCT anggota DPD 27 Oktober 2008

3 TAHAP KAMPANYE
− Persiapan Kampanye 2 Januari 2008 – 28 Feb 2009
− Pelaksanaan Kampanye 12 Juli 2008 - 5 April 2009
1. Penyerahan Tim Pelaksana Kampanye (Pemilu anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD kabupaten/kota) serta anggota DPD kepada KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten:

* Pelaksanaan kampanye melalui pertemuan terbatas, tatap muka, media massa cetak atau elektronik, penyebaran bahan kampanye kepada umum. 10-12 Juli 2008
* Pelaksanaan kampanye melalui rapat umum. 1-10 Maret 2009

2. Pelaksanaan kampanye melalui pertemuan terbatas, tatap muka, media massa cetak atau elektronik, penyebaran bahan kampanye kepada umum. 13 Juli 2008-5 April 2009

3. Pelaksanaan kampanye melalui rapat umum. 16 Maret-5 April 2009

− Masa Tenang 6 – 8 April 2009


4 TAHAP PEMUNGUTAN DAN PENGHITUNGAN SUARA
− Persiapan menjelang Pemungutan Suara:

1. Simulasi penyampaian hasil perhitungan suara dengan menggunakan sistem informasi/elekttronik. 15-21 Januari 2009
2. Pengadaan dan distribusi surat suara. 1 Nov 2008-29 Maret 2009
3. Proses pengadaan DCT Anggota DPR dan DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kab./Kota. 11 Okt-10 Des 2008
4. Pengadaan DCT Anggota DPR dan DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kab./Kota. 1 Jan-18 Maret 2009
5. Distribusi DPT dan Daftar Pemilih Tambahan. 19 Maret-8 April 2009
6. Distribusi DPT Luar Negeri dan Daftar Pemilih Tambahan Luar Negeri untuk TPSLN oleh PPLN. 19 Maret-8 April 2009
7. Distribusi DCT Anggota DPR dan DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kab./Kota. 19 Maret-8 Maret 2009
8. Monitoring persiapan pemungutan suara di Daerah. 14 Maret-4 April 2009
9. Pengumuman dan pemberitahuan tempat & waktu pemungutan suara kepada pemilih & saksi oleh KPPS/KPPSLN. 31 Maret-7 April 2009
10. Penyiapan TPS/TPSLN. 8 April 2009
11. Pidato Ketua KPU menjelang pemungutan suara. 8 April 2009

− Pemungutan Suara 9 April 2009
− PPS mengumumkan salinan hasil dari TPS 10 – 11 April 2009
− Rekapitulasi di PPK 11 – 15 April 2009
− Rekapitulasi di KPU Kab./Kota 15 – 19 April 2009
− Rekapitulasi di KPU Provinsi 11 – 15 April 2009
− Rekapitulasi di KPU Pusat 26 April – 9 Mei 2009

5 TAHAP PENETAPAN HASIL

− Penetapan Hasil Pemilu

1. KPU Kabupaten/Kota Menetapkan hasil pemilu anggota DPRD Kabupaten/Kota. 19 April 2009
2. KPU Provinsi Menetapkan hasil pemilu anggota DPRD Provinsi. 24 April 2009
3. KPU Menetapkan hasil pemilu DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota secara nasional. 9 Mei 2009
4. Peserta Pemilu dapat mengajukan permohonan pembatalan penetapan hasil perhitungan perolehan suara oleh KPU kepada MK paling lama 3x24 jam sejak diumumkan penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional oleh KPU. 10-12 Mei 2009

− Penetapan Perolehan kursi dan Calon terpilih

1. DPRD Kabupaten/Kota. 15-17 Mei 2009
2. DPRD Provinsi. 17-18 Mei 2009
3. Anggota DPR dan DPD. 21-24 Mei 2009

− Penetapan dan pengumuman calon terpilih
1. Anggota DPRD Kabupaten/Kota 17 – 18 Mei 2008
2. Anggota DPRD Provinsi 17-18 Mei 2008
3. Anggota DPR dan DPD 19-20 Mei
− Peresmian keanggotaan

1. DPRD Kab./Kota. Juni 2009
2. DPRD Provinsi. Juli-Agustus 2009
3. DPR dan DPD. September 2009

− Pengucapan sumpah/janji Juli – 1 Oktober 2009

1. DPRD Kab./Kota. Juli 2009
2. DPRD Provinsi. Agustus 2009
3. DPR dan DPD. 1 Oktober 2009

Produksi Beras Tak Merata

Produksi Beras Tak Merata


dikutip dari alumni-ipb.or.id
Thursday, 29 January 2009
HA IPB - Produksi beras Indonesia tidak merata jika ditinjau secara wilayah dan dikaitkan dengan jumlah penduduk. Akibatnya pemerintah dituntut mengelola persediaan beras secara baik dan benar. Hal itu dikatakan ekonom senior dari Cetre for Strategic of International Studies (CSIS), Pande Radja Silalahi di Jakarta, Rabu (28/1). Menurut Pande, ketidak merataan produksi per wilayah yang dikaitkan dengan jumlah penduduk mengharuskan Indonesia mengelola persediaan berasnya secara baik dan benar. Pengelolaan harus mencapai sasaran ganda. "Yaitu, memenuhi kebutuhan masyarakat di seluruh wilayah Indonesia dengan harga yang relatif stabil, dan dapat memetik manfaat yang terjadi di pasar dunia," tuturnya.

Untuk itu, Bulog harus mampu memelihara persediaan yang sesuai dengan kebutuhan daerah di wilayah tertentu. Artinya, tidak hanya meliputi tersedianya dana untuk membeli beras untuk keperluan stok tetapi juga kemampuan penyediaan gudang penyimpanan yang dikaitkan dengan wilayah pelayanan.

Pande mengingatkan bahwa sering dikemukakan persediaan beras mencukupi kebutuhan untuk beberapa bulan, tetapi bila ditelaah lebih jauh yang sering terjadi sebagian besar persediaan berada di lokasi wilayah yang justru surplus beras dan bukan sebaliknya. "Masalah ini perlu dipahami oleh semua pihak, utamanya pemgambil keputusan agar kebijakan harga pembelian pemerintah (HPP) bisa dilaksanakan di seluruh wilayah negeri ini, tanpa ada perbedaan yang berarti," katanya.

Menurut Dirut Bulog Mustafa Abubakar, kapasitas gudang mencapai 4 juta ton baru, tetapi baru terpakai sekitar 2 juta ton. Karena itu, pemerintah dapat mengoptimalkan kekuatan jaringan tersebut untuk mendukung program ketahanan pangan nasional.

"Pada 2009 ini, Bulog fokus pada penguatan stok beras dalam negeri. Bulog harus konsentrasi penuh pada pencapaian target pengadaan beras dalam negeri sebesar 3,8 juta ton," katanya.

Mustafa mengatakan, pihaknya selain berkonsentrasi penuh pada pencapaian pengadaan beras dalam negari dengan target tidak impor beras, juga akan melakukan pembenahan internal. Buktinya, pada tahun 2008 Bulog tidak impor beras, meski ditugaskan oleh pemerintah untuk impor beras jika cadangan menipis atau kurang," tambahnya.

Sumber : http://www.pikiran-rakyat.com/

Melihat Daerah Sentra Produksi Beras

Melihat Daerah Sentra Produksi Beras (1)
Petani Justru Berharap Bisa Mendapatkan Raskin

SM/Sigit Oediarto HASIL PANEN: Seorang petani di Banyumas mengolah gabah
hasil panen. Sejumlah petani kini mengaku tidak punya persediaan gabah untuk
dijual. (30m)

Untuk mengetahui apakah petani saat ini masih memiliki stok gabah atau beras,
wartawan Suara Merdeka Eko Suksmantri, selama sepekan di akhir Desember 2005
memantau beberapa daerah sentra produksi padi atau daerah surplus. Daerah yang
dipantau antara lain Kabupaten Cianjur, Karawang, Indramayu, dan Cirebon, (Jawa
Barat) serta Kabupaten Tegal, Brebes, Pemalang, dan Demak, (Jawa Tengah).
Berikut laporannya.

TAMPAKNYA polemik tentang impor beras belum akan berakhir. Sebab meski rapat
koordinasi Dewan Ketahanan Pangan (DKP) telah menyepakati terjadi defisit
25.000 ton dan ditugasinya Perum Bulog untuk menambah stok 132.000 ton, tapi
Menteri Pertanian (Mentan) Anton Apriyantono tetap berpandangan impor beras
belum diperlukan. Bahkan anggota Komisi IV DPR dari Fraksi Partai Keadilan
Sejahtera (FPKS) DPR, Suswono, bersikukuh menolak impor dengan alasan
melindungi petani.

Yang menjadi pertanyaan adalah ada kepentingan apa dibalik penolakan impor
beras yang dilakukan Perum Bulog? Pertanyaan ini memang perlu dikemukakan,
mengingat impor beras yang dilakukan oleh 23 perusahaan swasta dan jumlahnya
jauh lebih besar tidak diributkan. Apalagi sudah ada jaminan dari pemerintah,
dalam hal ini Wakil Presiden dan Menko Perekonomian bahwa impor beras yang
dilakukan Perum Bulog hanya untuk menambah stok dan raskin (beras untuk
keluarga miskin).

Hasil pengamatan di lapangan membuktikan, petani saat ini memang tidak memiliki
beras lagi. Ini terbukti sebagian besar dari mereka adalah penerima raskin. Di
Kabupaten Cianjur misalnya, 57% dari 52.692 kepala keluarga (KK) penerima
raskin adalah petani. Menurut Wakil Kepala Sub Divisi Regional (Waka Subdivre)
Bulog Wilayah II Cianjur, HA Apip Djajadisastra, di kabupaten yang terkenal
beras pulennya itu, jumlah KK miskin sesuai data tahun 2004 mencapai 146.174 KK.

Sementara itu, alokasi pagu raskin di kabupaten yang dikenal surplus pangan
itu, tahun anggaran 2005 hanya 10.538,4 ton, sehingga hanya bisa meng-cover
36,05% dari KK miskin. Karena itu, tidak keliru bila Bupati Cianjur, dengan
suratnya No 551.1/3232/pe meminta penambahan alokasi raskin kepada Gubernur
Jawa Barat.

Hal serupa dilakukan Bupati Sukabumi, Karawang, Indramayu, dan Tasikmalaya.
Bahkan Bupati Indramayu, langsung mengirim surat kepada Menko Kesra meminta
penambahan alokasi raskin. Alasan yang dikemukakan adalah harga beras di daerah
itu naik cukup tinggi, akibat kenaikan harga bahan bakar minyak pada awal
Oktober lalu. Harga beras yang tinggi itu dirasakan sangat memberatkan
masyarakat miskin baik petani maupun nelayan.

Elan, misalnya, petani yang hanya memiliki lahan pertanian 0,5 hektare di desa
Kertasari, Kecamatan Rengasdengklok, Kabupaten Karawang. Dia mengaku, bebannya
bertambah berat dengan kenaikan harga beras. Karena itu, dia berharap program
raskin dilanjutkan dan jumlahnya ditambah. Kalau sekarang dia hanya menerima
5-10 kg per bulan, hendaknya bisa dinaikan menjadi 20-25 kg per bulan.

Beratnya beban hidup akibat tingginya harga beras itu juga dirasakan petani
penggarap di daerah Cianjur. Sulaiman, petani desa Cibiuh, Ciranjang, Cianjur
mengatakan, "Saya tak punya lagi simpanan beras. Padi habis saya jual saat
panen. Kini saya tinggal berharap bisa membeli beras dengan harga murah seperti
raskin."

Apa yang dikemukakan Sulaiman itu dibenarkan oleh H Sambas, tokoh masyarakat
sekaligus pedagang beras di Kabupaten Cianjur. Petani di daerah ini sebagian
besar memang tak punya gabah lagi. "Petani mah tak punya beras. Kalau toh ada
yang punya jumlahnya tidak banyak. Sekarang ini, membeli gabah satu kuintal
saja tidak ada yang jual."

Kehabisan stok

Hal senada dikatakan H Kartawi. Pemilik penggilingan beras (PB) Sri Lungguh
Desa Widasari, Jatibarang, Indramayu ini mengaku kehabisan stok. Biasanya dia
mendapat pasokan gabah dari petani antara 50 ton dan 100 ton per hari. "Januari
ini, gudangnya tak mungkin terisi karena daerah Indramayu belum panen. Kalaupun
toh ada gabah, harganya sangat mahal," tutur dia seraya mengatakan, harga gabah
kering giling (GKG) saat ini mencapai Rp 2.550/kg.

Tampaknya, ketiadaan beras ini tidak hanya dialami sebagian besar petani di
Cianjur, Kawarang, Cirebon, dan Indramayu, Jawa Barat, tetapi juga diakui
petani di Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Dua petani di Desa Bolo, Kecamatan
Demak, Kabupaten Demak, Saniman dan Suroto, misalnya, mengaku sudah tidak punya
gabah lagi untuk dijual.

Para petani, kata Saniman, menjual gabah pada saat panen. Kalaupun sekarang
mereka punya stok, itu hanya cukup untuk keperluan rumah tangga.

Pernyataan Saniman itu dibenarkan Djoko Haryoto, Kepala Sub Divre I Bulog,
Semarang. Dia mengatakan, sebagian petani di Jawa Tengah memang sudah tidak
memiliki gabah. Karena itu, tidak heran bila beberapa daerah di provinsi itu,
seperti Kabupaten Wonogiri, Rembang, Blora, Jepara, Demak, Purbalingga, dan
Tegal, minta alokasi raskin ditambah. (46v)

+++++

http://www.suaramerdeka.com/harian/0601/05/nas07.htm

Melihat Daerah Sentra Produksi Beras (2-Habis)
Importir Swasta Merusak Harga

PETANI PROTES: Sejumlah petani protes di depan Istana Negara, Jakarta,
beberapa waktu lalu. Mereka menuntut pemerintah membatalkan impor beras, karena
hasil produksi petani dalam negeri masih mampu menopang kebutuhan konsumsi
dalam negeri.(30t) - SM/Antara

PENOLAKAN impor beras dengan alasan membantu dan membela petani, patut
dipertanyakan. Sebab, mereka utamanya petani penggarap dan buruh tani tidak
merasa dirugikan dengan kebijakan impor tersebut. Bahkan, sebagian besar petani
ingin harga beras di pasaran murah, sehingga terjangkau.

Keinginan petani tersebut memang masuk akal, karena sebagian besar dari mereka
sekarang tidak memiliki gabah lagi. Kalaupun mereka memiliki gabah jumlahnya
tidak banyak dan hanya cukup untuk kebutuhan sendiri. Seperti yang dituturkan
Saniman, petani Desa Bolo, Demak dan Ichsan, petani Desa Kertasari,
Rengasdengklok, Karawang bahwa mereka hanya punya gabah untuk mencukupi
kebutuhan hidup sehari-hari.

Awalnya, Saniman ataupun Ichsan sangat marah ketika mendengar pemerintah mau
mengimpor beras. ''Terus terang, waktu itu kami-kami ini nggak habis pikir, kok
pemerintah nggak membela petaninya. Tapi malah membela petani asing,'' kata
Saniman.

Tapi ketika dia tahu kalau impor beras yang dilakukan Bulog itu hanya untuk
persediaan pangan nasional dan raskin, bukan untuk dijual dia merasa lega.
''Kalau untuk persediaan pangan dan raskin, ya monggo (silakan-Red) saja. Kami
dukung impor, wong itu untuk rakyat yang nggak mampu kok. Gimana jadinya kita
kalau pemerintah nggak punya stok dan kita kekurangan beras, bisa nggak
makan,'' tuturnya.

Namun keduanya meminta agar pemerintah tidak memberi izin kepada perusahaan
swasta untuk melakukan impor beras dalam bentuk apa pun, baik untuk penderita
diabetes maupun menir. Sebab, yang mereka dengar, impor beras pecahan dan
diabetes itu cuma akal-akalan importir agar bisa memasukkan beras. ''Mereka
itulah yang merusak harga gabah petani. Merekalah yang harus diberantas,''
tegas Saniman.

Baik Saniman maupun Ichsan yang punya lahan dua hektare itu mengaku hasil
padinya hanya cukup untuk hidup pas-pasan. Artinya, hasil taninya hanya cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidup dan menyekolahkan anaknya. ''Bara-bara dalam
musim paceklik sekarang ini jual gabah, bisa bertahan hidup saja sudah
untung,'' keluhnya.

Tampaknya, Ichsan yang hidup pas-pasan dari hasil bercocok tanam itu tidak
sendirian. Sebab, petani di daerah-daerah lain seperti di Indramayu, Jawa
Barat, lebih menderita darinya. Petani di daerah Indramayu, dalam musim
paceklik kali ini ada yang makan nasi aking (nasi yang dikeringkan) atau karak
di daerah Jawa Timur.

Umumnya, petani yang hidupnya serba kekurangan ini adalah petani yang punya
lahan pertanian kurang dari 0,5 hektare, bahkan hanya 0,25 hektare. Selain itu
juga buruh tani dan petani penggarap. Mereka ini populer disebut dengan petani
gurem dan jumlahnya jauh lebih besar dari petani yang memiliki lahan di atas 1
hektare. (Eko Suksmantri-29v)


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~-->
Clean water saves lives. Help make water safe for our children.
http://us.click.yahoo.com/CHhStB/VREMAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~->

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny.
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************

Cara masuk di komputer lain lewat DOS (Windows XP / 2000)

Cara masuk di komputer lain lewat DOS (Windows XP / 2000)

Anda ingin
masuk dikomputer teman anda dalam sebuah LAN ? bisa melihat seluruh isi
harddisk teman anda, membuat directory, membuat file, mendelete file atau
apa saja ? itu mudah, semua caranya ada disini.
Pertama-tama anda harus tahu 2 program penting lalu downloadlah yaitu
internet Maniac (Internet Maniac.exe) … Download Interenet
Maniac
Berfungsi untuk mengetahui ip addreas client melalui computer name /
hostname
KaHT (KaHt.exe) … Download program hacker
KaHT
Berfungsi sebagai program untuk menerobos ke computer server atau client
Ingat hanya dengan 2 program diatas maka anda bersiap-siaplah menguasai
warnet / kampus / kantor dan sebagainya, lho bagaimana bisa ? hehe
Pertama kali anda periksa dahulu jaringan anda dengan melihat para hostname
dengan 2 cara.
Ingat hanya dengan 2 program diatas maka anda bersiap-siaplah menguasai
warnet / kampus / kantor dan sebagainya, lho bagaimana bisa ? hehe
Setelah 2 program diatas di download maka ekstractlah dahulu program
tersebut, entah pake WINZIP atau pake apa.
Kalo udah di extract lalu pertama kali anda periksa dahulu jaringan anda
dengan melihat para hostname dengan 2 cara.
Untuk Windows XP
Cara Pertama Masuk ke Start Lalu Search, lalu pilih computers or people lalu
pilih A computer on the Network lalu langsung klik search maka akan segera
muncul computer-komputer yang terkoneksi dalam jaringan.
Untuk Windows 95/98/Me/2000 (kalau anda menemukan open port 135 di OS ini)
:)
Cara Pertama Masuk ke Start Lalu Search Lalu For Files or Folders lalu pada
menu Search for other item pilihlah computers, lalu akan muncul Search for
computer, maka langsung klik Search Now maka nama-nama computer akan muncul
(Alternatif cara yang cepat dapat mengklik My Network Place / Network
Neighboure saja)
Setelah loe dapetin sasaran computer yang mau di masukin / diremote maka
loe langsung aja jalankan program Internet Maniac
Masuklah ke Host Lookup lalu ketikkan nama computer / hostname lalu klik
resolve, disini anda akan mendapat alamat ip computer tersebut. Dengan nomor
ip ini maka anda sudah mengetahui sasaran computer yang akan di masuki.
Setelah itu selesai maka kita tinggalkan program Internet Maniac, kita akan
berlanjut dengan program KaHT, program ini akan didetect sebagai Trojan oleh
antivirus, tapi abaikan saja, jangan di hapus / di karantina kalau
terdetect, kalau perlu del aja antivirusnya, satu lagi, program KaHT bekerja
dalam MS-DOS Mode jadi disini kemampuan anda menggunakan DOS sangat penting,
tanpa kemampuan DOS maka anda tidak akan bisa banyak berbuat.
Cara masuk DOS Mode
Untuk Windows XP :
Masuklah ke Start, All programs, Accessories lalu Command Prompt
Untuk Windows 95/98/Me/NT/2000
Masuklah ke Start, Programs, Accessories lalu MS-DOS Prompt
Setelah berhasil masuk DOS maka masuklah di directory program KaHT, masa seh
bisa lupa tadi program diextract dimana, hehe, (Misal tadi di extract di
C:\KaH) maka ketikkan "CD\KaHT" dan seterusnya.
Jika sudah, ini saatnya?
Ketikkan "KaHT sebelum_no_ip_komputer_sasaran no_ip_komputer_sasaran.
kalau bingung bisa begini : "KaHT Ip1 ip2"
ip1 : ip awal yang discan
ip2 : ip terahkir yang discan

Misalnya tadi ip-nya 192.168.0.1 setelah di detect pakek Internet Maniac
tadi itu lho.
Maka ketikkan saja "KaHT 192.168.0.0 192.168.0.1" lalu enter aja
Nah disini nanti program akan bekerja otomatis.
Setelah selesai menscan jika nanti port 135 ternyata dalam keadaan open maka
anda akan otomatis di computer tujuan / sasaran, untuk lebih persisnya anda
akan berada di "c:\windows\system" milik komputer tujuan / sasaran setelah
pen-scan-an selesai.
Anda bisa bebas di computer sasaran, mau edit atau di delete pun bisa, hehe
Nah kalo udah begini kita bisa berkreasi :
Pingin biaya warnet kita lebih murah ? gampang masuk aja di billing server,
ketik Time, ganti aja waktunya, tapi jangan banyak-banyak apalagi minus
nanti ketahuan ama operator warnetnya, hehe.
Memata-matai anak yang sedang chatting pakek MiRC di satu warnet / kampus /
kantor / lainnya, cari program MiRC yang digunakan dalam computer tersebut,
biasanya seh di C:\Program Files\MiRC, buka file MiRC.INI, lalu Log IRC di
On kan saja dan kalo mau lihat isi chattingan teman kita itu cukup lewat
"/logs" maksudnya kalau tadi di C:\program Files\MiRC program MiRCnya maka
cukup masuk aja di C:\Program Files\MiRC\Logs nanti disitu ada file-file log
hasil chattingan dia walaupun dia sedang online tetep aja terekam, hehe,
kalo mau mastiin dia makek nick apa, gampang banget bisa jalanin aja MiRCnya
atau periksa di MiRC.INI, gampangkan.
Apalagi nih, Bikin computer itu rusak, lebih baik jangan, tapi sebenere bisa
lho, delete aja file-file systemnya, hehe.
Diatas cuman kreasi dikit aja, loe bisa aja memanfaatkannya jauh lebih
bermanfaat dari pada diatas
Tujuan dari tutorial ini untuk anda yang sering menggunakan komputer dengan
Windows 2000 dan XP dijaringan agar lebih waspada terhadap berbagai tindakan
usil dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab..
5.Membuat akses administrator Windows untuk kita lewat komputer lain
Kita ingin membuat administrator Windows XP/2000 di komputer lain melalui
LAN ? sangat mudah, caranya masuklah ke komputer tujuan dengan program kaht
yang sudah diajarkan diatas, lalu kita akan mencoba beberapa trik.
Melihat akses guest dan administrator di Windows
Ketik : net user
Melihat aktif tidaknya guest di Windows
Ketik : net user guest
Membuat akses guest menjadi Administrator dengan perintah :
Ketik : net localgroup Administrators Guest /add
Membuat akses adminstrator sendiri :
1. Ketik : net user /add
2. Ketik : net localgroup Administrators /add
Menghapus akses administrator
Ketik : net localgroup Users /delete

Catatan:
*Segala kesalahan error / kerusakan pada komputer dan semacamnya adalah
tanggung jawab anda !
*Semua yang anda pelajari dan anda lakukan adalah sepenuhnya tanggung jawab
anda tanpa kecuali.

Minggu, 08 Februari 2009

Prabowo Subianto

berikut ada video wawancara Peter F gontha dengan Prabowo

Prabowo part 1

part 2


3


4


5


6

7

8

9

Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo, begawan ekonomi Indonesia

C © updated 09052005


Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo - Bapak Sarjana Ekonomi Indonesia
► e-ti/tempo
Nama:
Prof.Dr. Sumitro Djojohadikusumo
Lahir:
Kebumen/Jawa Tengah, 29 Mei 1917
Meninggal:
Jakarta, 9 Maret 2001
Menikah:
7 Januari 1947
Istri:
Dora Sigar (asal Langowan/Minahasa)
Anak:
Biantiningsih Djiwandono (istri bekas Gubernur BI Sudradjat Djiwandono), Maryani Le Maistre, Prabowo Subianto, dan Hashim Suyono Djojohadikusumo
Orangtua:
R.M. Margono Djojohadikusumo/Siti Katoemi Wirodihardjo
Pendidikan:
- HIS (Holland Inlandsche School)
- MULO (Meer Uitgrebreid Lager Onderwijs)
- Universitas Sorbonne di Paris, Perancis (1934-1938)
- Economische Hogeschool di Rotterdam/Belanda (Sarjana 1940, Doktor 1942)
Riwayat Pekerjaan:
- Pembantu Staf Perdana Menteri RI Sutan Syahrir (1946)
- Presiden Direktur Indonesian Banking Corporation (1947)
- Wakil Ketua Perutusan Indonesia pada Dewan Keamanan PBB membantu L.N.Palar (1948-1949)
- Anggota Delegasi RI di Konperensi Meja Bundar, di Den Haag, Belanda (1949)
- Kuasa Usaha KBRI di Washington, D.C (1950)
- Menteri Perdagangan & Perindustrian RI di Kabinet Natsir (6/9/1950 - 27/4/1951)
- Guru Besar Ekonomi Universitas Indonesia (1952 - 2000)
- Menteri Keuangan RI di Kabinet Wilopo (3/4/1952 - 30/7/1953)
- Menteri Keuangan RI di Kabinet Burhanuddin Harahap (12/8/1955 - 24/3/1956)
- Bergabung dengan PRRI/Permesta (1958 -1961)
- Di pengasingan, sebagai Konsultan Ekonomi di Malaysia, Hong Kong, Thailand, Perancis dan Swiss (1958 - 1967)
- Menteri Perdagangan RI di Kabinet Pembangunan I (6/6/1968 - 28/3/1973)
- Menteri Riset di Kabinet Pembangunan II (28/3/1973 - 28/3/1978)
Kegiatan Lain:
- Guru Besar Universitas Indonesia (1951-2001)
- Ketua Umum Induk Koperasi Pegawai Negeri (1982)
- Konsultan Ekonomi pada Indoconsult (1978) dan PT Redecon
- Komisaris Utama PT Bank Pembangunan Asia (1986)
- Aktif di LP3ES
- Ketua Dewan Penyantun Universitas Mertju Buana (1985 - 1990)
Karya:
- Soal Bank di Indonesia, 1946
- Keuangan Negara dan Pembangunan, 1954
- Ekonomi Pembangunan, 1955
- Kebijaksanaan di Bidang Ekonomi Perdagangan, 1972
- Indonesia dalam Perkembangan Dunia Kini dan Masa Datang, 1976
- Trilogi Pembangunan dan Ekonomi Pancasila, 1985
- Perdagangan dan Industri dalam Pembangunan, 1986
Penghargaan:
- Bintang Mahaputra Adipradana II
- Panglima Mangku Negara, Kerajaan Malaysia
- Grand Cross of Most Exalted Order of the White Elephant, First Class dari Kerajaan Thailand
- Grand Cross of the Crown dari Kerajaan Belgia serta yang lainnya dari Republik Tunisia dan Perancis
Buku Biografi:
Jejak Perlawanan Begawan Pejuang, terbitan Pustaka Sinar Harapan, April 2000
Alamat rumah:
Jalan Kertanegara 4, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Sumber:
Dari berbagai sumber terutama Intisari, Tempo, dan Kompas


SUMITRO HOME
► GONG XI FA CAI ► Selamat datang di situs gudang pengalaman ► Thank you for visiting the experience site ► TOKOHINDONESIA DOTCOM ► Biografi Jurnalistik ► The Excellent Biography ► Database Tokoh Indonesia terlengkap yang tengah dikembangkan menjadi Ensiklopedi Tokoh Indonesia online ► Anda seorang tokoh? Sudahkah Anda punya "rumah pribadi" di Plasa Web Tokoh Indonesia? ► Silakan kirimkan biografi Anda ke Redaksi Tokoh Indonesia ► Dapatkan Majalah Tokoh Indonesia di Toko Buku Gramedia, Gunung Agung, Gunung Mulia, Drug Store Hotel-Office & Mall dan Agen-Agen atau Bagian Sirkulasi Rp.14.000 Luar Jabotabek Rp.15.000 atau Berlangganan Rp.160.0000 (12 Edisi) ► Segenap Crew Tokoh Indonesia Mengucapkan Selamat Ulang Tahun Kepada Para Tokoh Indonesia yang berulang tahun hari ini. Semoga Selalu Sukses dan Panjang Umur ►
► GONG XI FA CAI ► Selamat datang di situs gudang pengalaman ► Thank you for visiting the experience site ► TOKOHINDONESIA DOTCOM ► Biografi Jurnalistik ► The Excellent Biography ► Database Tokoh Indonesia terlengkap yang tengah dikembangkan menjadi Ensiklopedi Tokoh Indonesia online ► Anda seorang tokoh? Sudahkah Anda punya "rumah pribadi" di Plasa Web Tokoh Indonesia? ► Silakan kirimkan biografi Anda ke Redaksi Tokoh Indonesia ► Dapatkan Majalah Tokoh Indonesia di Toko Buku Gramedia, Gunung Agung, Gunung Mulia, Drug Store Hotel-Office & Mall dan Agen-Agen atau Bagian Sirkulasi Rp.14.000 Luar Jabotabek Rp.15.000 atau Berlangganan Rp.160.0000 (12 Edisi) ► Segenap Crew Tokoh Indonesia Mengucapkan Selamat Ulang Tahun Kepada Para Tokoh Indonesia yang berulang tahun hari ini. Semoga Selalu Sukses dan Panjang Umur ►



BIOGRAFI

Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo
Begawan Ekonomi Indonesia


Ia pernah lima kali menjabat sebagai menteri di masa Orde Lama dan Orde Baru. Begawan ekonomi yang ikut mendirikan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, ini juuga diangkat oleh PBB menjadi anggota “lima ahli dunia” (group of five top experts). Dalam rangkaian perjuangan dan pengabdian kepada bangsa dan negaranya, ia juga pernah menjadi ‘penyelundup’ dan sempat bergabung dalam PRRI/Permesta, bahkan menjadi ‘pelarian’ selama sepuluh tahun di luar negeri.

Sumbangan Sumitro Djojohadikusumo ''Bapak Sarjana Ekonomi Indonesia" terhadap perkembangan ilmu ekonomi yang berorientasi pada kebijaksanaan pembangunan di Indonesia, tidak diragukan lagi. Ia berhasil mengenyam pendidikan hingga meraih doktor bidang ekonomi yang menurut ukuran orang pada zamannya masih sangat sedikit jumlahnya.

Setamat Hogere Burger School (HBS), pria kelahiran Kebumen, Jawa Tengah, 29 Mei 1917, ini berangkat ke Belanda akhir Mei 1935. Sempat dua bulan "mampir" di Barcelona, Sumitro akhirnya ke Rotterdam untuk belajar. Dalam tempo dua tahun tiga bulan, gelar Bachelor of Arts (BA) diraihnya. Ini rekor waktu tercepat di Netherlands School of Economics. Ia lalu melanjutkan studinya di Universitas Sorbonne, Paris (1937-1938).

Antara 1938-1939 di Prancis, Sumitro bergabung dengan kelompok sosialis dan berkenalan dengan tokoh dunia seperti Andre Malraux, Jawaharlal Nehru, Henri Bergson, dan Henri Cartier-Bresson. Dari mereka dia belajar banyak tentang pengabdian, perlawanan, keadilan sosial, dan kekonsistenan hidup. Ia kemudian sempat ikut latihan militer di Catalonia, tapi gagal masuk Brigade Internasional karena umurnya belum genap 21 tahun.

Dari Paris, Sumitro kembali ke Rotterdam, melanjutkan studi ekonomi. Ia memasuki periode penulisan disertasi saat Nazi Jerman menyerang Belanda, 5 Mei 1940. Pimpinan Nederlandse Economische Hogeschool menunjuk Prof. Dr. G.L. Gonggrijp sebagai promotornya.

Disertasinya berjudul Het Volkscredietwezen in de Depressie yang dalam bahasa Indonesia berarti "Kredit Rakyat (Jawa) di Masa Depresi" diterbitkan oleh Lembaga Penelitian Ekonomi Nederlands Economische Hogeschool. Gelar Master of Arts (MA) diraih tahun 1940. Sementara, usianya baru menjelang 26 tahun saat ia menyandang gelar doktor ilmu ekonomi.

Setelah menggondol gelar doktor, Sumitro ditampung oleh Sjahrir, dijadikan pembantu staf Perdana Menteri (1946), diterima sebagai anggota Partai Sosialis Indonesia (PSI) yang waktu itu dipimpin oleh Sjahrir-Amir Syarifuddin. Pada masa proklamasi kemerdekaan RI, Sumitro tergolek sakit di pembaringan hampir setahun lamanya. Ia menjalani operasi tumor usus besar tanpa antibiotika. Beruntung ia selamat dari ancaman maut.

Pagi, 18 Agustus 1945, Kota Rotterdam dikejutkan oleh berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, di Radio Hilversum. Berita itu memberikan kekuatan sugestif bagi kesembuhannya. Saat Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa bersidang di Church House, London, 17 Januari 1946, ia dan Mr. Zairin Zain ikut hadir. Seusai sidang, Sumitro dan Zairin terbang ke Jakarta. Tiba di rumah orang tuanya, Sumitro disambut suasana duka: dua adiknya, Subianto (21) dan Sujono (16) gugur dalam pertempuran melawan Jepang di Tangerang.

Kenyataan ini memperkuat tekadnya untuk melawan Belanda dalam mempertahankan proklamasi kemerdekaan RI. Bersama Perdana Menteri Sutan Sjahrir, Sumitro dan Zairin pada 14 Maret 1946 menyusun argumentasi baru untuk menghadapi diplomasi Belanda.

Dunia internasional menolak Agresi Militer Belanda, 21 Juli 1947. India dan Australia, 30 Juli 1947, membawa persoalan Indonesia ke Sidang Dewan Keamanan di Lake Success, AS. Sutan Sjahrir, H. Agus Salim, Charles Tambu, Sudjatmoko, dan Sumitro Djojohadikusumo ikut hadir.

Sumitro terpaksa meninggalkan Dora, yang baru enam bulan dinikahinya, tepatnya 7 Januari 1947. Ia berjumpa pertama dengan Dora Sigar di Rotterdam tahun 1945. Ketika itu Dora belajar di Ilmu Perawatan Pascabedah di Utrecht.


Menjadi “Penyelundup”
Tanggal 19 Desember 1948, Belanda melakukan Agresi Militer Kedua. Satu hari kemudian Sumitro bergegas menemui Robert A. Lovett, pejabat sementara Menteri Luar Negeri AS di Washington DC sambil membawa sebuah memorandum. Ketika Sidang Dewan berlangsung, Sumitro meninggalkan New York untuk menghadiri Konferensi Asia yang membahas masalah Indonesia di New Delhi, 18 Januari 1949. Ia bergabung dengan delegasi Indonesia yang dipimpin Mr AA Maramis.


Masa transisi - mulai dari takluknya Jepang, proklamasi kemerdekaan, hingga usaha-usaha Belanda untuk menjajah kembali - berdampak bagi perekonomian Indonesia.
Saat itu masih beredar mata uang Jepang, gulden Belanda, dan uang NICA.

Berangsur-angsur dilakukan penggantian dengan Oeang Republik Indonesia (ORI). Oleh karena kekurangan bahan kimia untuk membuat ORI, Sumitro mencarinya ke Singapura dan "menyelundupkannya" ke Jawa. Ia belajar jadi "penyelundup" untuk kepentingan revolusi. Ini tugas dari Sjahrir dan Bung Hatta.

Pada 12 April 1947, Presiden Soekarno membentuk Panitia Pemikir Siasat Ekonomi pimpinan Muhammad Hatta. Anggota panitia pemikir berjumlah 98 orang. Sumitro bertugas memikirkan hal-ihwal keuangan dipimpin Mr Sjafruddin Prawiranegara.

Usianya masih sangat muda (33) ketika Sumitro diangkat jadi Menteri Perdagangan dan Perindustrian, sekitar Mei 1950. Pada 20 Maret 1951 Kabinet Natsir roboh.


Kemudian, Ketua Senat FE-UI Suhadi Mangkusuwondo bersama mahasiswa FE-UI meminta Sumitro menjadi dekan, dimana dia salah seorang pendiri fakultas tersebut. Waktu itu usianya 34 tahun. Belum lama menjabat dekan, Dr. Sumitro Djojohadikusumo diangkat menjadi guru besar ilmu ekonomi di FE-UI. Selama di FE-UI, Sumitro ingin menjadikannya Jakarta School of Economics yang punya integritas. Dari sana, lahirlah orang-orang seperti Widjojo Nitisastro, Barli Halim, JB Sumarlin, dan Ali Wardhana.

Pada 3 April 1952, Sumitro kembali diangkat menjadi Menteri Keuangan Kabinet Wilopo. Sejak 3 Juli 1953, Kabinet Wilopo demisioner. Tanggal 30 Juli 1953 Sumitro kembali menjadi Dekan FE-UI.

Semenjak menjadi Menteri Keuangan pada Kabinet Wilopo-Prawoto (3 April 1952 - 30 Juli 1953), Sumitro merasakan adanya ketimpangan daerah. Terjadi pergolakan dalam dirinya sebagai politikus dan akademisi.

Tanggal 30 Juli 1953 - 24 Juli 1955 adalah masa Kabinet Ali Sastroamidjojo I. Kemudian terbentuk Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955 - 24 Maret 1956) dan Sumitro kembali dipercaya sebagai Menteri Keuangan.

Perjuangkan Otonomi Daerah
Sepanjang tahun 1957, koran komunis dan pers nasional seperti Harian Rakyat dan Bintang Timur melansir pemberitaan buruk tentang Sumitro. Ia dituduh melakukan korupsi besar-besaran.

Pada 23 Maret 1957 Sumitro dipanggil Corps Polisi Militer (CPM) Bandung. Tapi pemeriksa menyatakan, tidak ada alasan untuk menahan Sumitro. Panggilan kedua oleh CPM terjadi pada tanggal 6 - 7 Mei 1957. Kemudian 8 Mei 1957, ia dipanggil lagi.

Sumitro semakin tertekan oleh serangan koran prokomunis dan merasa hendak ditangkap. Atas prinsip "pengabdian dan perlawanan" ia memilih melawan rezim Soekarno yang dianggap terlalu dekat dengan golongan komunis dan mengabaikan pembangunan daerah.

Pada Mei 1957 ia ke Sumatra, bertemu Letkol Barlian dan Mayor Nawawi di Palembang. Ia sempat menyamar sebagai Letnan Dua Rasyidin. Pada 13 Mei 1957, ia tiba di Padang, bertemu Panglima Divisi Banteng, Letkol Achmad Husein. Malamnya Sumitro menuju Pekanbaru, menemui Kapten Yusuf Baron.

Ultimatum kepada pemerintah pusat akhirnya dikeluarkan pada 10 Februari 1958. Tanggal 15 Februari 1958, Achmad Husein melalui Radio Bukittinggi mengumumkan proklamasi pemerintahan tandingan, Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).

Dari Jakarta, Sjahrir menugaskan Djoeir Moehamad dan Djohan Sjahruzah menghubungi dewan-dewan militer di daerah. Sekaligus menghubungi Sumitro Djojohadikusumo. Mereka "mengejar" Sumitro hingga ke Padang. Tapi Sumitro keburu ke Pekanbaru, kemudian ke Bengkalis, sempat menyamar jadi kelasi kapal menuju Singapura.

"Ia ternyata menempuh jalan sendiri dan diumumkan menjadi salah seorang menteri PRRI," tulis Djoeir dalam bukunya, Memoar Seorang Sosialis (1997, hlm 268). Belakangan, setelah Sumitro terlibat dalam PRRI, Presiden Soekarno mendapat dalih bagus untuk membubarkan PSI dan Masyumi bulan Agustus 1960.

Sumitro lalu ke Saigon juga dengan menyamar sebagai kelasi kapal sebelum ke Manila dan melakukan kontak dengan Perjuangan Semesta (Permesta). Menyamar menjadi cargo supervisor atas nama pemilik kopra, Sumitro masuk ke Bitung. Ia ke Sumatra menggelar pertemuan dan memperluas hubungan dengan pemimpin militer di Sumatra, juga Sumual di Sulawesi.

Subadio, utusan Sjahrir, bertemu Sumitro di Singapura. Sumitro berperan menangani bidang logistik bersama Kolonel Simbolon dan Husein bagi PRRI. Ia sempat mengecek pengadaan senjata. Sebagian senjata dibeli di Phuket (Thailand) dan Taiwan. Dua kali ia masuk Taiwan, dan kembali ke Minahasa dengan pesawat bermuatan amunisi.

Konsep semula, menurut Sumitro, hanya untuk memperbaiki Jakarta. Tidak ada bayangan membuat suatu pemerintahan tandingan. Tuntutan mereka hanyalah ingin otonomi dan pengembangan daerah.

Sumitro mempercayai gagasan persatuan Indonesia. Namun, tatkala PRRI hendak mendirikan Republik Persatuan Indonesia (RPI), dan Pulau Jawa tidak termasuk di dalamnya, ia menolak tegas, "Kalau demikian, saya tidak bisa ikut, sebab negara kita satu."



Pelarian ke Luar Negeri

Ketidaksepakatan ini mendorong Sumitro mengungsi ke luar negeri, lantaran belum memungkinkan pulang ke Jakarta. Pemerintahan Soekarno masih menganggapnya pemberontak yang harus disingkirkan.

Selama 10 tahun di pelarian, Sumitro menggunakan banyak nama samaran. Para mahasiswa di Jepang mengenalnya sebagai Sungkono. Di Jerman dipanggil Sunarto. Di luar Frankfurt pakai nama Abdul Karim. Di Hongkong orang mengenalnya Sou Ming Tau (bahasa Kanton) dan Soo Ming Doo (bahasa Mandarin). Warga Malaysia mengenalnya Abu Bakar. Ia dipanggil Henry Kusumo atau Henry Tau di Bangkok.


Demi keamanan, Sumitro bersama keluarganya tak mau tinggal di suatu negara lebih dari dua tahun. Mulai dari Singapura, Hongkong, Kuala Lumpur, Zurich-Swiss, London, kemudian pindah ke Bangkok.

Untuk menghidupi keluarganya di pelarian, ia menjadi saudagar mebel dan real estate di Malaysia. Juga mendirikan Economic Consultans for Asia and the Far East (Ecosafe) di Hongkong, dan cabangnya di Kuala Lumpur. Ia memakai nama Kusumo.

Sebagai orang tua, ia dikenal keras dan disiplin dalam mendidik keempat anaknya. Buktinya, putri tertua, Ny. Biantiningsih yang istri mantan Gubernur BI J Soedrajat Djiwandono, sampai memiliki dua gelar kesarjanaan. Begitu juga Ny Marjani Ekowati, putri kedua yang menikah dengan orang Prancis. Letjen Prabowo Subianto berhasil meniti karier sebagai Danjen Kopassus dan Pangkostrad. Lalu si bungsu Hashim Sujono menjadi pengusaha sukses.


Kembali ke Tanah Air
Pada Maret 1967, Soeharto menjabat presiden RI. Suatu kali Ali Moertopo menemui Sumitro di Bangkok, dan bertanya, "Apakah Pak Mitro bersedia kembali?" Sumitro bilang, "You just remain yourself, and I just remain myself." Kemudian, Menlu Adam Malik, yang berkunjung ke Bangkok, mempertebal keyakinan Sumitro untuk pulang ke Tanah Air.

Sesudah resmi menjadi presiden, Soeharto menerima Sumitro di Cendana, 29 Mei 1968. Ia meminta kesediaan Sumitro membenahi ekonomi yang ambruk. Inflasi 600% lebih, kala itu.

Sumitro akhirnya dilantik sebagai Menteri Perdagangan pada 27 Maret 1968. Tanggal 6 Juni 1968 susunan menteri Kabinet Pembangunan I diumumkan. Selanjutnya ia diangkat menjadi Menteri Negara Riset Nasional (Menristek) pada Kabinet Pembangunan II.


Menjadi Konsultan
Sekeluar dari kabinet tahun 1978, Penggemar kopi dan perokok berat ini menjadi konsultan. Juga menulis buku. Dalam kurun waktu 1942-1994, ekonom yang fasih berbahasa asing antara lain bahasa Belanda, bahasa Inggris, dan bahasa Spanyol ini telah menulis 130 buku dan makalah dalam bahasa Inggris.

Sejak 1982 ia mengurusi Induk Koperasi Pegawai Negeri (IKPN). Ia sempat menjadi komisaris Bank Niaga, Bank Universal, dan Bank Kesejahteraan. Pada 18 September 1992 - Desember 1992 Sumitro ditunjuk sebagai preskom Astra.

Buku terakhir yang ditulisnya adalah Jejak Perlawanan Begawan Pejuang yang diterbitkan Pustaka Sinar Harapan, April 2000. Berbagai tanda penghargaan yang diperolehnya baik dari dalam negeri maupun luar negeri antara lain Bintang Mahaputra Adipradana (II), Panglima Mangku Negara, Kerajaan Malaysia, Grand Cross of Most Exalted Order of the White Elephant, First Class dari Kerajaan Thailand, Grand Cross of the Crown dari Kerajaan Belgia serta yang lainnya dari Republik Tunisia dan Perancis.


Tantangan
Di usia senjanya, cobaan bagai badai datang bagi keluarga Sumitro. Karier putra ketiganya, Prabowo Subianto, di bidang militer, tamat. Menantunya, Sudradjat Djiwandono, suami Biantiningsih, putri sulung, dicopot dari jabatan sebagai Gubernur Bank Indonesia (BI) hanya 10 hari menjelang masa jabatannya habis. Putra bungsunya, Hashim, diterpa banyak kesulitan dalam usaha.

Meski demikian, Sumitro yang sudah mengecap asam garam kehidupan tetap memegang pedoman hidupnya, “Smiling in the face of adversity/Contemptous of danger/Undaunted in defeat/ Magnanimous in victory (Tersenyum menghadapi kemalangan/ Berani menantang bahaya/Tegar dalam kekalahan/Rendah hati akan kemenangan). Pedoman dalam bentuk sajak itulah yang ditanamkannya pada putra-putrinya untuk tetap bertahan dalam menghadapi segala kesulitan.

"I've been through worst. Ini bukan yang pertama kali!" katanya lantang. "Ujian buat saya dalam kehidupan jauh lebih dari itu, habis dari menteri lalu tiba-tiba jatuh jadi buronan, ha-ha-ha!" tutur pria yang suka bicara ceplas-ceplos ini.

Kisah ‘Suka Ceplas Ceplos’
Gayanya yang ceplas-ceplos dan blak-blakan menjadi ciri khas. Sebagai "begawan" ekonomi, Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo memang selalu kritis. Setelah menjadi besan Presiden Soeharto pun ia tetap melancarkan kritik tajam terhadap jalannya roda pembangunan. Baginya, perkawinan anak laki-lakinya Letjen Prabowo Subianto dengan Siti Hediyati (putri Soeharto) pada Mei 1983 hanyalah historical accident.

Salah satu kritiknya yang tajam ialah pernyataannya tentang kebocoran 30% dana pembangunan yang dilansir di Kongres Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) ke-12 di Surabaya, November 1993. ISEI sendiri didirikan Sumitro tahun 1955.

Bila Sumitro - yang pada 1985 menjadi anggota seven eminent persons dengan tugas menyusun rekomendasi kepada GATT (General Agreement on Tariffs and Trade) - sudah kelewat keras mengkritik, biasanya menantunya datang kepadanya untuk menyampaikan pesan Presiden Soeharto.

"Ada apa, Tiek? Ada pesan dari Bapak?" sambut Sumitro.

"Ya, Bapak bilang, 'Tiek, mertuamu sudah priyayi sepuh kok masih radikal saja'!" ujar Siti Hediyati alias Titiek Prabowo.

"Ya, saya memang sudah terlalu tua untuk mengubah diri!" jawab Sumitro enteng.

Masih soal sinyalemen kebocoran itu, ketika bertemu Sumitro, Soeharto langsung berkata, "Kok, Pak Mitro suaranya begitu?"

Sumitro menjelaskan, sejak mahasiswa ia biasa bicara apa adanya, melihat suatu masalah lalu mencari problemnya kemudian mencari pemecahannya. "Dalam hal ini problemnya apa? Banyak. Pemborosan. Orang bilang ekonomi biaya tinggi.

Bagaimana ini, lalu saya cari fakta, dan faktanya memang begitu. Kalau Bapak ingin fakta, tanya pada Biro Pusat Statistik," ucap Sumitro, penerima Bintang Mahaputra Adipradana II.

Dengan nada agak sinis Sumitro menambahkan, "Saya tidak punya antena ke angkasa luar, Pak. Ini hitung-hitungan berdasarkan analisis ilmiah."

"Alhasil, ini bukan pat gulipat, angka 30% bukan datang dari langit, atau dari paranormal Permadi!" tegas Sumitro, yang pada 1953 oleh Sekjen PBB diangkat sebagai anggota lima ahli dunia (group of five top experts).

Presiden memahami penjelasan itu namun ia menekankan, "Tapi, mbok ya jangan disiarkan, Pak Mitro."

Ketika krisis ekonomi semakin memukul Indonesia, akhir 1997, Sumitro kembali membuat pernyataan tajam. Dalam tubuh ekonomi nasional melekat berbagai macam penyakit, seperti distorsi dalam bentuk monopoli, oligopoli, kartel, proteksi yang berlebihan, dan subsidi untuk barang-barang tertentu.

Sumitro melukiskan, "Kalau kita hanya bicara ekonomi moneter, obatnya cukup Aspirin. Tapi kalau institutional disease, sudah perlu antibiotika. Dan saya yakin bisa diatasi dengan antibiotika, tidak perlu sampai diamputasi, karena masih ada kesempatan untuk segera bertindak. Namun, paket untuk mengatasi disease itu harus dilakukan tanpa pandang bulu dan tak boleh ada intervensi." (Kompas, 11/1/1998).

Dicuekin Bu Tien
Menanggapi soal adanya kolusi antara oknum pejabat dengan oknum konglomerat, Sumitro menegaskan, "Saya tidak setuju ada kolusi dengan alasan apa pun. Hal itu harus diberantas!"

Dalam hal ini ia punya pengalaman menarik. Ada pengusaha yang berusaha "menyogok" dengan mengirim bunga kepada istrinya. Di balik bunga itu terselip perhiasan emas dan berlian! Sumitro memanggil sekretarisnya, Babes Sumampouw, "Babes, apa-apaan ini. Kirim kembali, pulangkan!"

Pengusaha itu datang mengeluh, "Pak Mitro, mengapa begitu?" Sumitro pun menjawab, "Hati-hati kamu, ya, lain kali. Kamu masih untung saya menteri. Sembrono kamu, kasih perhiasan kepada istri saya. Enggak ada orang lain yang berhak memberi perhiasan kepada istri saya. Itu 'kan menghina seorang suami."

Pengalaman lain, usai menyelesaikan tender impor cengkeh, Sumitro dikejutkan oleh laporan Ali Moertopo bahwa Ibu Tien Soeharto marah-marah kepadanya. Ibu Tien berharap Sukamdani yang mendapat tender, tapi kenyataannya yang menang Probosutedjo dan Liem Sioe Liong.

Sejak peristiwa itu, lebih dari setahun, Ibu Tien tak mau menegur Sumitro. Kalau mereka berjumpa, Ibu Negara itu melengos, membuang muka. Biarpun begitu, terhadap Dora Sigar, istri Sumitro, sikap Ibu Tien tetap baik dan mau mengajak bicara.


Rendah Hati
Meski lima kali menjabat menteri di masa Orde Lama dan Orde Baru, toh ia tetap rendah hati. Seperti yang terjadi ketika ia menghadiri suatu resepsi pernikahan.

"Monggo ... monggo, Pak, terus lajeng kemawon (Silakan, Pak, terus saja ke depan)," pinta anggota panitia, mempersilakan Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo yang berada dalam antrean para tamu untuk menyalami mempelai.

"Sampun ... matur nuwun (terima kasih)," tolak Pak Cum, panggilan akrabnya. Sementara itu para tetamu VIP dan mereka yang merasa VIP, saling menyalip maju dan sibuk berfoto ria bersama pengantin.



***

Pada usia menjelang 84 tahun, Sumitro meninggal dunia Jumat (9/3/2001) pukul 00.00 di Rumah Sakit Dharma Nugraha, Rawamangun, Jakarta Timur, setelah beberapa lama dirawat karena sakit jantung. Di bawah iringan gerimis dan tahlil masyarakat, jenazahnya dikebumikan di Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta Pusat, Jumat (9/3/2001) siang sekitar pukul 14.35. Sedikitnya 1.000 warga sekitar mengikuti prosesi pemakaman.

Tampak hadir melayat antara lain Gus Dur (presiden saat itu), Ketua MPR Amien Rais, KSAD Jenderal TNI Endriartono Sutarto, Ketua DPR Akbar Tandjung, pengusaha Ciputra, bekas Mentrans AM Hendropriyono, Pangkostrad Letjen TNI Ryamizard Ryacudu, Soeripto, Letjen (Purn) Sayidiman, bekas Pangkostrad Jenderal (Purn) Kemal Idris, Wakasad Letjen Kiki Syahnakri, bekas Menkeu Radius Prawiro, Menkimpraswil Erna Witoelar, Menko Perekonomian Rizal Ramli, dan Gubernur BI Syahril Sabirin. ►atur

Bookmarks